Seperti yang banyak digembar-gemborkan, ISIS selalu menargetkan pihak-pihak kafir sebagai sasaran operasinya. Teror yang mereka tebarkan di beberapa negara Eropa, memperlihatkan hal itu. Di tengah kerumunan orang, simpatisan ISIS bergerak dan melakukan aksi-aksi pembunuhan. Seperti yang terjadi di Paris Perancis dan Brussels Belgia.
Namun, penggambaran itu hanyalah untuk tetap menarik simpati muslim bergabung dengan ISIS. Seakan-akan mereka hanyalah membunuh orang-orang kafir saja. Pada kenyataannya, tidak sedikit kaum muslimin yang menjadi korban kebrutalan dan kebiadaban mereka.
Sebagai sebuah target operasional terdekat yang harus dikuasai, Negara Irak dan Suriah menjadi ladang eksekusi sekian banyak orang, baik yang bersalah ataupun tidak bersalah. Patokannya adalah apakah mereka mau berbaiat dan setia pada khalifah versi mereka atau tidak. Jika tidak mau berbaiat, berbagai bentuk hukuman mati yang sadis telah siap menanti. Mereka juga menganggap kaum muslimin yang tidak mau berhijrah berjuang bersama mereka adalah orang-orang kafir.
ISIS juga telah mempertontonkan teladan buruk dalam hubungan antar anggota keluarga. Seorang anggota ISIS tega membunuh ibu kandungnya karena ibunya tersebut membujuk dia untuk keluar dari ISIS. Di waktu dan tempat yang lain, seorang anak yang sudah tumbuh dewasa menyembelih ayahnya sendiri ditonton sekian banyak orang, saat ayahnya dianggap berkhianat terhadap ISIS. Sungguh suatu bentuk-bentuk interaksi antarmanusia yang sangat biadab, bertentangan dengan ajaran Islam dan hati nurani manusia yang masih bersih.
Hati mereka seakan telah membatu. Otak mereka seakan sudah tercuci dan terprogram dengan doktrin-doktrin ISIS. Sebagian ada yang tersadar setelah beberapa saat dan berusaha meloloskan diri. Ada yang selamat, ada yang tidak. Bagi yang selamat, ada pula yang menceritakan pengalaman semasa dalam ‘tawanan’ ISIS. Ia paparkan penyimpangan-penyimpangan ISIS itu baik dalam wawancara lisan maupun melalui tulisan.
Perdana Menteri Singapura pernah menyatakan bahwa Asia Tenggara menjadi target operasional ISIS. Negara Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbanyak di dunia, juga tak luput menjadi target operasional ISIS. Bahkan, termasuk penyuplai simpatisan dan pejuang yang terbanyak. Indonesia menjadi target, baik sebagai target perekrutan, maupun target penerapan operasi terorisme.
Sebagai target perekrutan, disebarkanlah video-video propaganda berbahasa Indonesia untuk mengajak kaum muslimin bergabung dengan ISIS. Tidak jarang mereka menantang pemerintah baik Presiden atau Panglima TNI. Di antara video propaganda yang diproduksi dan disebar adalah dari kelompok Santoso di Poso, yang menjadi sasaran operasi gabungan TNI dan Polri. Anehnya, banyak pihak yang masih saja tertarik dengan propaganda mereka. Hal ini menunjukkan masih demikian besarnya kebutuhan kaum muslimin akan ilmu agama Islam yang benar. Kurangnya pemahaman Islam yang benar akan menyuburkan perekrutan aliran-aliran sesat, termasuk ISIS dan organisasi radikal semisalnya.
Umumnya, dalam video-video propaganda mereka itu terlihat jelas penyimpangan akidah mereka sebagai Khawarij. Khawarij menganggap pemerintah Indonesia sebagai thaghut yang harus diperangi. Mereka juga menargetkan aparat keamanan (TNI/ Polri) yang telah dianggap kafir oleh mereka untuk dibunuh dan diperangi. Tidak jarang mereka terlibat dalam peristiwa perampokan dengan tujuan untuk mengumpulkan harta bagi kepentingan pendirian khilafah atau negara versi mereka. Tak ada lagi kemuliaan harta dan darah seorang muslim dalam kamus mereka. Karena dalam kacamata mereka, seorang yang sebenarnya muslim namun tidak mendukung, berbaiat pada khalifah mereka, atau tidak mau berhijrah berjuang bersama mereka adalah kafir. Harta rampasan orang-orang tersebut dianggap sebagai harta rampasan perang. Sungguh suatu penyimpangan akidah yang menyeret pada kebrutalan sikap dan kebiadaban.
Alhamdulillah, atas berkat pertolongan Allah Azza Wa Jalla kemudian berkat kesigapan aparat keamanan, rencana-rencana penyerangan terorganisir kelompok teroris ISIS di Indonesia masih bisa diantisipasi. Seperti kasus penangkapan teroris di Surabaya oleh Tim Densus Antiteror 88 Polri pada 14 Juni 2016 lalu, setelah dikorek keterangan lebih lanjut, mereka menargetkan operasi terorisme akan dilakukan pada 17 Ramadhan yang lalu atau beberapa hari setelah penangkapan tersebut. Sungguh ironis. Kelompok yang mengatasnamakan Islam itu telah banyak menodai kesucian bulan Ramadhan. Sesungguhnya tampak dari perbuatan mereka itu sikap menghalalkan segala cara.
Mari kita bentengi keluarga kita dengan ilmu agama yang benar, murni bersumber dari Al Quran dan Sunnah dengan pemahaman para Sahabat Nabi. Diiringi dengan doa untuk pemerintah kita agar senantiasa Allah berikan taufiq, kemampuan, dan ketegasan dalam menyikapi atau mengantisipasi berbagai tindak teror dan radikalisme, di bawah bimbingan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. [Ustadz Abu Utsman Kharisman]
Leave a Reply