يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا (32) وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kalian bertakwa. Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan tetaplah kalian di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”
[Q.S. Al-Ahzab:32-33]
Sering disebut-sebut oleh ulama tentang peran ibu dan posisi kehidupan di dalam rumah sebagai madrasah pertama bagi putra-putri muslimin. Memang benar demikian! Sejarah Islam mencatat bahwa setiap tokoh besar selalu dilahirkan dari lingkungan rumah tangga yang ideal. Ideal dalam timbangan Islam.
Generasi emas Islam selalu terlahir melalui tangan-tangan terampil dan ulet kaum ibu yang sungguh luar biasa. Kaum sahabat misalnya. Juga kaum tabiin. Mereka menjadi pelita dan cahaya penerang umat, berangkat dari perhatian besar kaum ibu di dalam mendidik dan merawat.
Kini, setelah belasan abad, masihkah akan muncul generasi emas harapan umat? Tidak ada yang tidak mungkin. Harapan akan selalu terbuka lebar-lebar. Namun pesan dari Imam Malik nampaknya tidak boleh diabaikan begitu saja. Lan yusliha haadzihil ummah illa bimaa aslaha awwalahaa. Umat Islam tidak akan menjadi baik, kecuali dengan menempuh langkah generasi pertama dalam membangun umat. Salah satunya dengan menempatkan kaum wanita pada posisi pentingnya. Dalam tugas utamanya. Di area juangnya. Di dalam rumahnya. Rumah sebagai istananya. Rumah sebagai sekolah karakter putra-putrinya. Rumah sebagai pusat kaderisasi pemuda. Rumah sebagai sumber pendidikan anaknya.
Ingatlah selalu, wahai saudariku, akan tugas dan tanggung jawabmu! Ingat dan sadarilah akan perintah Dzat yang menciptakanmu! Renungkanlah firman Allah yang membawa kedamaian dan ketenteraman ini! Allah berfirman yang artinya, “Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian.” [Q.S. Al-Ahzab: 33]
***
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, Saudariku!
Sungguh! Perintah Allah di atas adalah perintah penuh cinta dan kasih dari-Nya. Dia Maha Mengetahui, manakah yang terbaik untukmu. Ataukah engkau merasa lebih mengetahui? Sungguh Allah menginginkan kebaikan untukmu. Ataukah engkau merasa lebih baik jika tidak menuruti aturan-Nya?
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, Saudariku!
Tetap tinggal di rumah bukanlah sebuah kezaliman! Ataukah engkau menilai syari’at Allah l ini sebagai kezaliman? Tetap tinggal di dalam rumah bukannya mengabaikan hak wanita! Ataukah engkau menganggap syari’at Allah ini tidak memerhatikan hak wanita? Justru keadilan dan keadilan serta keadilan yang Allah kehendaki. Andai saja engkau sadari.
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, Saudariku!
Contohlah generasi wanita terbaik umat ini! Istri dan putri Nabi. Istri dan putri para sahabat. Mereka yang telah diridhai oleh Allah. Contohlah mereka yang namanya mengharumkan dan mewangikan lembaran sejarah. Teladanilah mereka yang selalu berjalan di atas kodrat dan fitrah wanita ; tetap tinggal di dalam rumahnya.
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, saudariku!
Banyak tugas menanti di dalam rumahmu. Persiapkanlah anak-anakmu menjadi pahlawan, ulama dan mujahid Islam. Limpahkanlah kasih sayang sepenuh jiwa untuk mereka. Dampingilah suamimu dalam berdakwah dan beribadah. Sokong, dukung dan support dia! Jadilah anak dan menantu yang baik, untuk orangtua dan mertua!
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, Saudariku!
Tinggal di rumah bukanlah dinding pemisah dari amal ibadah. Justru ibadahmu ada di dalam rumahmu. Dalam beberapa kesempatan dan keadaan, engkau tetap dibolehkan untuk beribadah di luar rumahmu. Namun dalam batasan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Islam. Seperti apakah itu? Belajar dan pelajarilah dengan tekun.
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, saudariku!
Jangan hiraukan suara-suara sumbang musuh Islam! Mereka yang berteriak atas nama kesetaraan gender, emansipasi, dan hak asasi. Yakinlah bahwa mereka tidak mengharapkan kebaikan sedikit pun darimu. Mereka hanya ingin menghancurkanmu. Menghancurkan dunia dan akhiratmu. Jangan dengar kata-kata musuh Islam! Mereka yang terang-terangan menentang hukum Allah ini!
***
Tahukah engkau, wahai saudariku? Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah bertauhid dengan melafalkan dua kalimat syahadat disertai seluruh konsekuensinya. Shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab kiamat kelak di hadapan Allah. Jika baik, amalan yang lain pun dipastikan baik. Namun, shalat yang nilainya buruk cukup sebagai tanda bahwa amalan lainnya pun demikian.
Tahukah engkau, wahai saudariku? Ada banyak riwayat menyebutkan bahwa shalat berjamaah di masjid lebih baik dibandingkan shalat sendirian? Lebih baik daripada shalat di dalam rumah? Sampai dua puluh tujuh derajat perbedaannya. Akan tetapi, untuk seorang wanita, apakah yang terbaik baginya? Coba baca dan resapi sabda Nabi berikut!
Ummu Humaid pernah datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . “Wahai Rasulullah, sungguh aku senang shalat berjamaah bersamamu”, katanya. Iya, siapa yang tidak ingin bermakmum di belakang manusia terbaik. Mendengar bacaan dan mengikuti gerakan penutup para nabi dan rasul. Siapapun ingin.
Namun, apa jawaban Rasulullah? Renungkanlah dengan iman, jangan tentang dengan perasaan! Inilah jawaban beliau:
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّيْنَ الصَّلاَةَ مَعِيْ، وَصَلاَتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلاَتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسجدِ قَومِِكِ، وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِي
“Sungguh aku tahu bahwa engkau senang shalat berjamaah bersamaku, akan tetapi shalatmu di kamar khususmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu. Shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu. Shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu. Shalatmu di masjid kaummu lebih utama bagimu daripada shalatmu di masjidku.” [H.R. Ahmad 6/371]
Adakah orang yang cintanya kepada kita melebihi cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Beliau mengerti betul, bahwa kaum wanita pun tidak ingin tertinggal dalam beramal. Beliau sangat memahami semangat kaum muslimah untuk beribadah. Justru itulah yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengarahkan kepada yang terbaik.
Shalat di dalam kamarnya. Di dalam rumahnya. Untuk seorang wanita jauh lebih afdhal dibandingkan shalat di Masjid Nabawi sekalipun. Padahal satu rakaat di Masjid Nabawi dilipatkan sampai seribu kali keutamaan di tempat lainnya. Akan tetapi, mengapa Rasulullah mengarahkannya agar tetap shalat di dalam rumahnya? Karena itulah yang terbaik untuknya.
Inilah keterangan seorang ulama besar abad ini, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, “Nabi n bersabda demikian padahal beliau berada di Madinah. Kita memahami bahwa shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan dan nilai lebih. Akan tetapi karena shalat seorang wanita di rumahnya lebih tertutup baginya dan lebih jauh dari godaan, hal itu lebih utama dan lebih baik.”
***
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“Dan tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian”
Imam Al Qurthubi menjelaskan bahwa perintah di atas tidak hanya ditujukan untuk istri-istri Nabi. Perintah tersebut pun berlaku untuk seluruh kaum muslimah. Andaipun kita mengatakan bahwa perintah itu untuk istri-istri Nabi, apakah engkau tidak ingin meneladani mereka, wahai saudariku? Apakah engkau merasa jauh lebih baik dibandingkan mereka?
Apapun alasannya, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah n. Seindah-indahnya aturan, maka aturan Allah adalah yang terindah. Sehingga ingat-ingatlah terus perintah Allah ini, wahai saudariku.
Wa qarna fii buyutikunna! Tetaplah tinggal di rumahmu, saudariku!
[Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar]
Leave a Reply