Rasa berat untuk meninggalkan kebiasaan buruk hanyalah bagi yang meninggalkannya bukan karena Allah. Adapun bagi yang meninggalkannya dengan jujur dan ikhlas karena Allah dari lubuk hati yang paling dalam, ia tidak akan mendapatkan kesusahan sama sekali, kecuali pada pertama kali. Inilah ujian baginya, apakah ia jujur dalam meninggalkannya atau ia pura-pura saja. Padahal, seandainya ia mau bersabar sedikit saja, kesusahan dan rasa berat itu akan segera mejadi lezat dan manis.
Muhammad bin Sirin pernah mengatakan, “saya mendengar Syuraih bin Al Harits Al Qadhi bersumpah atas nama Allah, bahwa tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah kemudian ia menjadi benar-benar kehilangan. Tetapi pasti ia akan mendapatkan gantinya. Karena telah benar hadits yang menyatakan, ‘siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik baginya.’”. Adapun pengganti itu bentuknya bermacam-macam, yang paling berharga adalah rasa tenang dengan Allah, kecintaan kepada-Nya, ketentraman kalbu, kekuatan dan semangat jiwa, kegembiraan dan keridhaan terhadap Rabbnya. Allahua’lam. [ Ustadz Farhan ] .
Referensi: Al Fawaid karya Ibnul Qayyim.
Leave a Reply