Di antara nikmat terbesar yang Allah limpahkan kepada umat islam adalah Al-Quran, cahaya terang yang menunjukkan manusia dari gelapnya belantara kesesatan kepada jalan yang lurus, obat mujarab bagi hati dan badan yang sakit, serta penuntun keselamatan dunia dan akhirat. Begitu banyak sifat-sifat mulia Al Quran yang menunjukkan keagungan dan kemuliaan kalam Ilahi ini.
Di antara keistimewaan lain dari Al-Quran adalah Allah sendiri yang menjamin penjagaannya dari perubahan, penambahan, pengurangan, atau penggantian. Allah Subhanahu wa’ta’ala berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.[Q.S. Al-Hijr:9].
Dengan rahmat-Nya Allah menjaga Al-Quran ini ketika diturunkan dan setelah diturunkan. Pada saat diturunkan, Allah jaga dari syaithan yang berusaha mencuri berita wahyu tersebut sebagaimana Allah sebutkan dalam surat Al-Jinn tentang perkataan syaithan:
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا*وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ ۖ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا
“Dan sesungguhnya Kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka Kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.(*) dan sesungguhnya kami dahulu menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” [Q.S. Al-Jinn:8,9].
Sehingga, syaithan tidak bisa mencuri dengar wahyu tersebut untuk dicampuradukkan dengan kedustaan dan kebatilan, kemudian disampaikan kepada walinya yaitu para dukun.
Demikian pula, Allah memilih malaikat yang paling kuat, Jibril, sebagai penyampai wahyu kepada Rasul-Nya Muhammad ﷺ. Jibril adalah malaikat yang paling mulia dan paling tinggi kedudukannya di sisi Allah, malaikat yang terpercaya dalam menjalankan amanahnya. Tidak menambahi, mengurangi ataupun melampaui apa yang menjadi tugasnya. Allah pilih utusan yang paling mulia dari kalangan malaikat sebagaimana Allah pilih utusan yang paling mulia dari kalangan manusia.
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ * ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ * مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ * وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ
“Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),(*) Yang mempunyai kekuatan dan kedudukan di sisi Allah Pemilik ‘Arsy.(*) yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.”[Q.S. At-Takwiir:19-22].
Adapun penjagaan Allah terhadap Al Quran setelah diturunkan, yaitu dengan Allah kokohkan dalam hati Rasul-Nya, kemudian dalam dada-dada orang pilihan umat beliau. Allah siapkan pula berbagai sarana yang mempermudah penukilan Al Quran dari generasi ke generasi. Allah jaga lafalnya dari perubahan, penambahan, dan pengurangan. Allah jaga pula hadits-hadits Rasulullah sebagai penafsir dan penjelas Al-Quran. Mungkin ada pertanyaan, seandainya Allah jaga hadits Rasulullah ﷺ, kenapa banyak terdapat hadits palsu? Pertanyaan semacam ini pernah disampaikan kepada Imam Abdullah Ibnul Mubarak Al Marwazi, beliau menjawab, ‘Telah hidup para cendekiawan yang membantah hadits palsu tersebut’. Kemudian beliau membaca ayat 9 dari surat Al Hijr yang tersebut di awal pembahasan.
Termasuk penjagaan Allah terhadap Al Quran setelah diturunkan, Allah jaga makna dan pemahamannya dari penyelewengan dengan membangkitkan para ulama pada setiap generasi. Sehingga, tidak ada satu maknapun yang diselewengkan melainkan Allah munculkan orang yang menerangkan kebenaran dan mematahkan setiap kedustaan.
Dan kenyataan telah membuktikan. Sudah belasan abad berlalu, tidak ada satu musuh Islam pun yang mampu menodai kesucian Al Quran. Dan memang tidak akan mampu karena Allah sendiri yang menjaganya sampai hari kiamat. Walhamdulillah. Allahu a’lam.(Ustadz Farhan).
Referensi:
Tafsir Ibn Katsir, Abul Fida` Isma’il bin Umar bin Katsir Rahimahullah.
Tafsir As Sa’di, Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah.
Ushul fit Tafsir, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah.
Ma’alim Ushulil Fiqh, Muhammad bin Husain bin Hasan Al-Jaza`iri.
Al Ba’itsul Hatsits, Ahmad Syakir Rahimahullah.
Leave a Reply