• Beranda
  • Telegram
  • Tempat Kajian

Majalah Muslim Tashfiyah

Mudah Berfaedah

  • Telaah
    • Tafsir
    • Mutiara Nubuwah
  • Akidah
    • TItian
  • Figur
  • Renungan
    • Ibrah
    • Tazkiyatun Nufus
  • Lembar Pemuda
    • Syabab
    • Akhlak
  • Hukum Islam
    • Fatwa
  • Rumah Tangga
    • Bahtera Rumah Tangga
    • Buah Hati

Bermain Dan Belajar

28 May 2018 by admin Leave a Comment

Bagaikan mengukir di atas batu, demikian perumpamaan bagi orang yang belajar pada masa-masa emasnya. Maksudnya, bahwa belajar pada masa kanak-kanak akan melekat kuat dalam jiwa, bagaikan lukisan yang digoreskan di atas batu akan tergambar jelas tidak mudah hilang. Masa-masa emas ini pulalah yang dimanfaatkan oleh pendidik terbaik sepanjang sejarah manusia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak heran, banyak sekali didapatkan para cendekiawan muda yang terlahir dari bimbingan beliau. Kita kenal Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, Anas bin Malik Rahimahullah, Abdullah bin Masud Rahimahullah, dan masih banyak lagi, mereka adalah ulama, yang mencapai derajat tinggi dalam umur yang masih relatif muda.

Seandainya kita lihat sistem pendidikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan dapatkan bahwa beliau mendidik umat dalam setiap kesempatan. Bukan hanya dalam majelis-majelis ta’lim, bahkan ketika sedang safar, saat berboncengan, dan pada setiap keadaan. Termasuk pula saat anak bermain. Seperti dalam hadits yang diriwatkan oleh Imam Al Bukhari, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu,,,,,,, ia mengisahkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berkunjung ke rumahnya. Pernah suatu hari burung kecil, peliharaan Abu Umair (adik Anas bin Malik) yang ia bermain dengan burung tersebut mati, melihat kesedihan anak kecil tersebut Rasulullah menghiburnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Umair kenapa burungmu?”  Dalam sepenggal hadits ini banyak sekali muatan pendidikan yang ingin Rasulullah sampaikan. Bahkan Imam Asy Syafi’i menyimpulkan kurang lebih 40 pendidikan dalam hadits ini. Minimalnya bagi si anak tersebut adalah tertanamnya kecintaan terhadap sosok pengajar karena perhatian besar yang diberikan.

Maksud dari uraian ini adalah agar kita sebagai orang tua tidak membiarkan masa-masa emas anak lewat begitu saja. Sekedar untuk main-main tanpa ada unsur pendidikan. Apalagi main-main adalah dunianya anak-anak.

Main dan mainan adalah sesuatu yang hampir tidak terlepaskan dari anak-anak. Sebagian besar waktu mereka adalah untuk bermain. Dalam kegiatan inilah sejatinya mereka banyak belajar. Mereka selalu ingin tahu dan mencoba. Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan tanpa adanya tujuan yang serius. Satu-satunya tujuan adalah perasaan senang pada saat melakukannya. Karenanya, bermain sangat dekat dengan dunia anak-anak. Pada kegiatan seperti inilah kesempatan yang sangat bagus bagi orang tua untuk memberikan pendidikan bagi mereka.

Secara garis besar usia bermain pada anak dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap:

Tahap pertama adalah penjelajahan. Tahap ini mulai usia bayi sampai satu tahun. Pada usia ini kegiatan bermain bayi berupa memandang di sekitarnya. Lalu, ketika otot tangan mulai kuat bayi mulai senang menggenggam dan mengguncang-guncang benda kecil. Daerah penjelajahan menjadi lebih luas ketika mereka mulai merangkak atau belajar berjalan. Pada usia inilah anak banyak merekam kejadian di sekitarnya. Sehingga orang tua bisa memberikan pembelajaran dengan menciptakan suasana yang religius. Dengan memperdengarkan anak kalimat-kalimat thayyibah seperti bacaan murottal, ucapan do’a, tutur kata yang santun, dan yang lainnya. Juga memperlihatkan kepada mereka kegiatan-kegiatan ibadah seperti shalat, qiraatul Quran, dan muamalah yang bagus. Idealnya, kondisi seperti ini dipertahankan sampai kapanpun.

Tahap kedua usia antara satu sampai lima atau enam tahun. Semakin sempurna otot tubuh memungkinkan anak menguasai berbagai alat bermain. Umumnya anak usia satu sampai tiga tahun, anak masih bermain sendiri. Sekalipun mereka bermain bersama dengan yang seusia, tetapi masing-masing sibuk dengan alat bermainnya sendiri. Pada tahap ini dan selanjutnya, kebutuhan peran dan bimbingan orang tua terhadap anak dalam kegiatan bermain lebih besar. Mulai dari pengaturan waktu bermain, alat bermain, dan cara permainannya. Orang tua hendaknya membiasakan anak cara mengatur dan membagi waktunya. Jangan sampai waktu bermain bertabrakan dengan jam istirahat, waktu makan, atau saat beribadah maupun jadwal belajar yang sesungguhnya. Alat bermain pun, hendaknya orang tua memilihkan bagi anak yang bersifat edukatif. Seperti mewarnai gambar, balok susun, dan yang lainnya. Saat orang tua mendampingi dan membimbing mereka bermain inilah waktu yang tepat untuk menyisipkan pengajaran kepada mereka, seperti pelajaran akidah, akhlak, adab, kosakata bahasa arab atau yang lainnya.

Tahap ketiga. Meningkatnya kemampuan berpikir dan bersosialisasi membuat mereka lebih menyukai permainan yang melibatkan teman. Pada tahap ini pengawasan orang tua relatif lebih susah. walapun orang tua tidak bisa sepenuhnya mengawasi, bukan berarti orang tua melepaskan begitu saja. Pada tahap inilah orang tua menekankan pengajaran akhlaqul karimah kepada anak, berupa: sifat amanah, menghargai orang lain, kejujuran, kasih sayang, berbagi dengan teman, menolong yang kesulitan, dan akhlak yang lainnya, yang sangat mungkin didapat saat anak bermain dengan temannya.

Jadi, orang tua yang sayang anak bukan artinya memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain dengan sebebas-bebasnya. Tapi orang tua yang sayang anak adalah yang berusaha keras mengusahakan keshalihannya, sampai dari hal main dan mainan. Orang tua yang bijak akan terus memerhatikan dan memberikan pendidikan anak sesuai dengan pertumbuhan anak. Allahu a’lam. [Ustadz Farhan].

 

Filed Under: Buah Hati, Uncategorized Tagged With: Bermain Dan Belajar, edisi4

Baca Juga Artikel Ini

Ilmu Berubah Bahagia Ilmu ibarat pisau bermata dua. Barakahnya melimpah dunia akhirat ketika disyukuri, sebaliknya akan menjadi petaka yang tidak berakhir ketika dikufuri....
Lihatlah Diri Kita Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ “Dan pada diri-diri kalian (terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya) tida...
Kemuliaan Ilmu Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan, ”Cukuplah sebagai kemuliaan ilmu, orang yang bodoh pun mengaku-aku memilikinya. Ia juga senan...
Membersihkan Najis Pada Tempat Najis Soal: Jika pakaian dalam saya terkena tetesan air kencing dan waktu shalat sudah tiba, apakah boleh bagi saya untuk mengucek tempat yang terkena najis...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

١٦ رجب ١٤٤٤
7 Feb 2023
Majalah Terbaru

Radio Islam

Recent Posts

  • Hukum Valentine’s Day dalam Fatwa Syaikh Utsaimin
  • Seorang Muslim Layaknya Pohon Kurma
  • Hukum Drama Memerankan Shahabat
  • Hukum Selfie Untuk Keluarga Jauh
  • Hukum Gambar Makhluk Bernyawa
  • Istri Nabi Adalah Ibunda Kaum Mukminin
  • Barang Baru, Kadang Bagus, Kadang Tidak
  • Ibnu Mas’ud Mengingkari Zikir Jama’ah
  • Inilah Bidah Hasanah
  • Saudaraku, Bidah Itu Tercela

Rubrik

  • Akhlak
  • Akidah
  • Bahtera Rumah Tangga
  • Buah Hati
  • Ensiklopedia
  • Fatwa
  • Figur
  • Fiqh
  • Hadits
  • Hukum Islam
  • Ibrah
  • Info Kesehatan
  • Kauniyah
  • Lembar Pemuda
  • Motivasi
  • Mutiara Nubuwah
  • Mutiara Salaf
  • Petuah
  • Renungan
  • Rumah Tangga
  • Sirah
  • Syabab
  • Tafsir
  • Tazkiyatun Nufus
  • Telaah
  • Telisik
  • Teropong
  • TItian
  • Uncategorized

Copyright © 2023 · Majalah Remaja Muslim Tashfiyah on Genesis Framework · WordPress · Log in